Hewan apa yang punya kaki dan bisa terbang?
- tiga ekor burung!
Kalo hidup di nyanyiin, tapi kalo mati ditepukin?
- lilin ulang tahun!
Apa persamaan batu dengan buta?
- sama-sama gak baik buat mata!
Jauh di mata dekat di hati, apakah itu?
- usus!
Telur bebek takut sama siapa?
- telur puyuh, karena tattonya banyak!
Sebutkan 10 nama buah dalam satu kata?
- Rujak!
Apakah penyebab utama perceraian?
- perkawinan!
Sama-sama bisa dibajak, apakah itu?
- sawah!
Gajah apa yang belalainya pendek?
- gajah pesek!
Ikan apa yang matanya banyak sekali?
- ikan teri 1 kilo!
Dalam hidup ini selalu saja ada yang jadi korban pemerasan, siapa dia?
- sapi perah!
Kenapa anak katak suka meloncat-loncat?
- biasalah, namanya juga anak kecil!
Winesweeper
"anggur yang sangat enak dan menggoda"
Senin, 24 Oktober 2011
Kamis, 11 Juni 2009
Ruang Dan Waktu
Sesungguhnya apakah waktu itu? mengapa waktu dapat melambat dan menjadi terarahkan oleh gravitasi (semakin melambat dalam sebuah medan gravitasi yang kuat). Gravitasi lebih kuat di permukaan Bumi dari pada diangkasa luar. Namun gravitasi dipermukaanMatahari lebih kuat lagi. Jam atom di Matahari akan berjalan lebih lambat dibanding jam atom di Bumi yaitu sekitar 1 menit tiap tahunnya. Cahaya yang datang dari atom-atom di Matahari akan tampak lebih merah (berfrekwensi lebih rendah) dibanding dengan atom-atom yang ada di Bumi. Astronom Perancis menemukan hal ini saat penyelidikan mereka di tahun 1962. Red Shift gravitasi merupakan salah satu prakiraan teori gravitasi Einstein. Lalu apakah ruang itu? mengapa ruang dapat terdistorsi oleh medan gravitasi sebuah benda teramat massiv semisal Black Hole?
Dalam teori relativitasnya Einstein mengatakan bahwa: tak ada objek ataupun materi yang dapat mencapai kecepatan cahaya, namun dalam teori relativitasnya tidak mengatakan bahwa tak ada apapun yang mampu bergerak lebih cepat dari cahaya. Logika Einstein hanya begini: karena tak ada objek atau materi yang dapat mencapai kecepatan cahaya, maka tak ada objek apapun yang mampu melebihi kecepatan cahaya. Kita dapat menyebut suatu objek atau materi yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya dengan nama tachyon. Lalu apa yang terjadi jika sebuah objek telah bergerak dengan kecepatan yang melebihi cahaya sejak ia tercipta? bukankah ia takkan pernah muncul dalam realitas?-yang kita istilahkan sebagai tak pernah ada? maka tachyon pun tak pernah mencapai kecepatan cahaya, kecepatan cahaya tak pernah tercapai olehnya karena terlalu pelan baginya. Di lain pihak, tachyon memiliki massa imajiner, artinya jika bilangan yang menunjukkan massa tachyon kita kuadratkan maka hasilnya merupakan bilangan negatif. Ini sungguh tak cocok dengan realitas. Yang lebih gila lagi, tachyon dapat melanggar arah waktu. Sehingga dua pengamat bisa tidak sependapat manakah kejadian tachyon yang terjadi lebih dahulu. Inilah yang disebut dengan kekacauan sebab akibat, mana sebab mana akibat?
G. Sudharsan mengajukan 3 alasan mengapa seharusnya para fisikawan memburu partikel hipotetis ini, pertama, tak ada alasan untuk percaya bahwa tachyon tak ada, bandingkan alasan ini dengan yang menhipotesiskan eksistensi partikel energi negatif yang kemudian diketemukan oleh Carl Anderson sebagai Positron. Kedua, tachyon tetap muncul dalam penghitungan matematis yang merupakan jantung dari fisika teori. Ketiga, tachyon dapat memberikan informasi yang bisa membantu pengungkapan misteri dalam fisika partikel, astrofisika, dan kosmologi jika ia benar-benar muncul. Sesungguhnya pemunculan tachyon akan banyak menyingkap misteri tentang arah waktu.
Aharon Davidson dari universitas Ben Guiron mendapati dalam penghitungannya bahwa semua partikel elementer yang kita kenal dalam semesta tiga dimensi akan menjadi tachyon bila diamati dari sudut pandang empat dimensi. Davidson juga mendapati bahwa tachyon dimensi tinggi ini juga memberikan penalaran tentang sifat-sifat dimensi ke-empat yang biasanya hanya berupa asumsi. Dia juga mengatakan bahwa kita tidak mengetahui apa arti kausalitas (sebab-akibat) di dunia empat dimensi, karena itu bukan problem yang penting disana, seperti kausalitas di dunia tiga dimensi kita.
Namun dunia tachyon ini pula yang sering merepotkan para ahli yang menggeluti teori Superstring yang saat ini begitu populer sebagai cikalbakal Theory Of Everything. Tachyon dianggap sebagai pembunuh potensial bagi ahli superstring sebagaimana pembagian dengan bilangan nol dalam Aljabar atau dalam proses komputasi. Namun ada sebagian ahli yang menyimak kemungkinan bahwa tachyon merupakan sebuah konsekwensi penting dari teori string ketimbang sebagai suatu penyakit. Hal ini seperti Einstein yang tidak menyadari bahwa teori relativitas umumnya telah mengimplikasikan semesta yang mengembang, tidak statis sehingga perlu memasukkan tetapan kosmologi agar persamaanya cocok bagi semesta yang statis (saat itu orang tak tahu bahwa semeta kita mengembang sampai Hubble menemukannya). Einstein pun kemudian mengatakan bahwa pelibatan tetapan kosmologinya merupakan sebuah kesalahan besar.
Teori Relativitas Einstein tidak memperkenankan benda bermassa diam untuk bergerak dengan laju lebih pesat daripada cahaya, namun prinsip ketidakpastian mekanika kuantum mengijinkannya. Hal ini terjadi pada kasus penguapan lubang hitam atau Radiasi Hawking. Secara klasik memang tidak mungkin ada partikel yang bisa lolos dari perangkap lubang hitam, karena untuk melepaskan diri dari tarikan gravitasinya, suatu partikel harus mampu bergerak lebih cepat dari cahaya, namun pelibatan mekanika kuantum memungkinkan adanya 'efek tunneling' sehingga dimungkinkan bagi sebuah partikel untuk menerobos horison peristiwa sebuah lubang hitam. Partikel yang dapat menerobos tersebut bisa ditafsirkan berkecepatan lebih tinggi dari cahaya (bila tidak demikian maka tak ada partikel/radiasi yang dapat keluar dari lubang hitam dan teori radiasi hawkingpun tidak syah lagi.)
Homogenitas : sifat asumsi dari semesta yang menyatakan bahwa pada suatu saat semesta tampak sama untuk semua pengamat dimanapun semesta tersebut berada.
Isotropik : sifat asumsi dari semesta yang menyatakan bahwa semesta akan tampak sama dari semua arah bagi seorang pengamat.
Dalam teori relativitasnya Einstein mengatakan bahwa: tak ada objek ataupun materi yang dapat mencapai kecepatan cahaya, namun dalam teori relativitasnya tidak mengatakan bahwa tak ada apapun yang mampu bergerak lebih cepat dari cahaya. Logika Einstein hanya begini: karena tak ada objek atau materi yang dapat mencapai kecepatan cahaya, maka tak ada objek apapun yang mampu melebihi kecepatan cahaya. Kita dapat menyebut suatu objek atau materi yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya dengan nama tachyon. Lalu apa yang terjadi jika sebuah objek telah bergerak dengan kecepatan yang melebihi cahaya sejak ia tercipta? bukankah ia takkan pernah muncul dalam realitas?-yang kita istilahkan sebagai tak pernah ada? maka tachyon pun tak pernah mencapai kecepatan cahaya, kecepatan cahaya tak pernah tercapai olehnya karena terlalu pelan baginya. Di lain pihak, tachyon memiliki massa imajiner, artinya jika bilangan yang menunjukkan massa tachyon kita kuadratkan maka hasilnya merupakan bilangan negatif. Ini sungguh tak cocok dengan realitas. Yang lebih gila lagi, tachyon dapat melanggar arah waktu. Sehingga dua pengamat bisa tidak sependapat manakah kejadian tachyon yang terjadi lebih dahulu. Inilah yang disebut dengan kekacauan sebab akibat, mana sebab mana akibat?
G. Sudharsan mengajukan 3 alasan mengapa seharusnya para fisikawan memburu partikel hipotetis ini, pertama, tak ada alasan untuk percaya bahwa tachyon tak ada, bandingkan alasan ini dengan yang menhipotesiskan eksistensi partikel energi negatif yang kemudian diketemukan oleh Carl Anderson sebagai Positron. Kedua, tachyon tetap muncul dalam penghitungan matematis yang merupakan jantung dari fisika teori. Ketiga, tachyon dapat memberikan informasi yang bisa membantu pengungkapan misteri dalam fisika partikel, astrofisika, dan kosmologi jika ia benar-benar muncul. Sesungguhnya pemunculan tachyon akan banyak menyingkap misteri tentang arah waktu.
Aharon Davidson dari universitas Ben Guiron mendapati dalam penghitungannya bahwa semua partikel elementer yang kita kenal dalam semesta tiga dimensi akan menjadi tachyon bila diamati dari sudut pandang empat dimensi. Davidson juga mendapati bahwa tachyon dimensi tinggi ini juga memberikan penalaran tentang sifat-sifat dimensi ke-empat yang biasanya hanya berupa asumsi. Dia juga mengatakan bahwa kita tidak mengetahui apa arti kausalitas (sebab-akibat) di dunia empat dimensi, karena itu bukan problem yang penting disana, seperti kausalitas di dunia tiga dimensi kita.
Namun dunia tachyon ini pula yang sering merepotkan para ahli yang menggeluti teori Superstring yang saat ini begitu populer sebagai cikalbakal Theory Of Everything. Tachyon dianggap sebagai pembunuh potensial bagi ahli superstring sebagaimana pembagian dengan bilangan nol dalam Aljabar atau dalam proses komputasi. Namun ada sebagian ahli yang menyimak kemungkinan bahwa tachyon merupakan sebuah konsekwensi penting dari teori string ketimbang sebagai suatu penyakit. Hal ini seperti Einstein yang tidak menyadari bahwa teori relativitas umumnya telah mengimplikasikan semesta yang mengembang, tidak statis sehingga perlu memasukkan tetapan kosmologi agar persamaanya cocok bagi semesta yang statis (saat itu orang tak tahu bahwa semeta kita mengembang sampai Hubble menemukannya). Einstein pun kemudian mengatakan bahwa pelibatan tetapan kosmologinya merupakan sebuah kesalahan besar.
Teori Relativitas Einstein tidak memperkenankan benda bermassa diam untuk bergerak dengan laju lebih pesat daripada cahaya, namun prinsip ketidakpastian mekanika kuantum mengijinkannya. Hal ini terjadi pada kasus penguapan lubang hitam atau Radiasi Hawking. Secara klasik memang tidak mungkin ada partikel yang bisa lolos dari perangkap lubang hitam, karena untuk melepaskan diri dari tarikan gravitasinya, suatu partikel harus mampu bergerak lebih cepat dari cahaya, namun pelibatan mekanika kuantum memungkinkan adanya 'efek tunneling' sehingga dimungkinkan bagi sebuah partikel untuk menerobos horison peristiwa sebuah lubang hitam. Partikel yang dapat menerobos tersebut bisa ditafsirkan berkecepatan lebih tinggi dari cahaya (bila tidak demikian maka tak ada partikel/radiasi yang dapat keluar dari lubang hitam dan teori radiasi hawkingpun tidak syah lagi.)
Homogenitas : sifat asumsi dari semesta yang menyatakan bahwa pada suatu saat semesta tampak sama untuk semua pengamat dimanapun semesta tersebut berada.
Isotropik : sifat asumsi dari semesta yang menyatakan bahwa semesta akan tampak sama dari semua arah bagi seorang pengamat.
Langganan:
Postingan (Atom)